Wednesday, September 9, 2015

Surat Wasiat Presiden Soekarno untuk Tan Malaka

Cerita Pagi
Surat Wasiat Presiden Soekarno untuk Tan Malaka
Sindo
Hasan Kurniawan
Senin, 7 September 2015 − 05:05 WIB


TIDAK biasanya Presiden Soekarno meminta dokter pribadinya dr Soeharto menyiapkan ruangan khusus untuk menerima seorang tamu penting di rumahnya, Jalan Kramat Raya, No 28, Jakarta.

Pertemuan itu dilangsungkan dengan sangat rahasia, di hari pertama Hari Raya Idul Fitri 1945 atau 9 September 1945. Dengan diantar ajudan pribadinya, Soekarno datang lebih dahulu ke rumah dr Soeharto.

Tidak berselang lama, tokoh pemuda Sajoeti Melik datang bersama rekannya menggunakan sepeda. Pria itu mengaku bernama Abdulradjak dari Kalimantan. Inilah tamu penting yang ditunggu Soekarno.

Tetapi siapakah dia? dr Soeharto tidak pernah mengetahuinya. Mereka lalu diantar menuju kamar belakang rumahnya, di mana Soekarno sudah menunggu di dalam. Keduanya pun langsung masuk ke ruangan.

Langkah Kuda PAN




Koran SINDO
Rabu, 9 September 2015 − 12:36 WIB
Langkah Kuda PAN

Abd Rohim Direktur Eksekutif Yayasan Paramadina, Wakil Ketua Umum Forum Keluarga Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Fokal IMM)


Jika panggung politik diumpamakan papan catur, keputusan Partai Amanat Nasional (PAN) untuk bergabung dengan pemerintah ibarat langkah kuda, tidak lurus dan zig-zag.

Tidak lurus karena dianggap melenceng dari kesepakatan bersama Koalisi Merah Putuh (KMP); zig-zag karena meskipun telah menyeberang namun mengaku kakinya tetap di KMP. Sejatinya, apa yang ditempuh PAN sudah bisa dibaca sejak Kongres IV di Bali yang menghasilkan Zulkifli Hasan sebagai ketua umum.

Seperti kita ketahui, kemenangan mantan Menteri Kehutanan ini tidak lepas dari dukungan Soetrisno Bachir, ketua umum PAN 2005- 2010, yang pada pemilu presiden lalu mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Tanpa dukungan Soetrisno Bachir, Zulkifli Hasan bisa jadi kalah dari Hatta Rajasa yang merupakan mentor politiknya.

Mark Hanusz dan Pramudya Ananta Toer


Koran SINDO
Selasa, 8 September 2015 − 09:11 WIB

Mohamad Sobary
Esais, Anggota Pengurus Masyarakat Bangga Produk Indonesia, untuk Advokasi, Mediasi, dan Promosi. Penggemar Sirih dan Cengkih, buat Kesehatan. Email: dandanggula@hotmail.com Guru Besar (Emeritus) Unpad/Unpas


 
Kretek, however, is more than simply an exotic cigarette and economic phenomenon, it is an integral part of Indonesiaintegral part of Indonesias cultural tradition. (Mark Hanusz)

Mark Hanusz dan Pramudya Ananta Toer; dua sosok pribadi, yang satu hidup di dunia kemegahan uang dan yang satu lagi seniman besar yang hidup di dunia ide.

Usaha untuk membuat kedua bertemu kelihatannya merupakan sesuatu yang mustahil. Jika kita hanya melihatnya secara sepintas lalu, akan segera jelas bahwa Mark, seorang bankir, dan Pram, sastrawan terkemuka, niscaya tidak akan cocok satu dengan yang lain. Keduanya mungkin memang tidak bisa bertemu secara hangat untuk berbicara tentang hidup.

Optimistis Hadapi Krisis Multidimensi

Optimistis Hadapi Krisis Multidimensi

Koran SINDO
Rabu, 9 September 2015 − 12:36 WIB
A Helmy Faishal Zaini
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)

Sejarawan Edward Gibbon dalam The History of the Decline and Fall of the Roman Empire mengatakan bahwa degradasi moralitas yang ditandai dengan semakin menjamurnya gejala hidup mewah nan berlebihan merupakan penyebab utama hancurnya sebuah negara.

Dia lebih lanjut berkesimpulan bahwa tanda utama kemunduran sebuah peradaban adalah ketika terjadi disparitas yang begitu tinggi antara kaum elite dan rakyat biasa. Gejala itu nampaknya sudah kita temui akhir-akhir ini. Jika melihat pola hidup para elite negeri ini, tentu yang terbayang di benak kita adalah citra kemewahan yang sangat serta gaya hidup yang lebih mementingkan ”libido duniawi”.