(Kompas, 18 September 2002)
OLEH ULIL ABSHAR ABDALLA
SAYA meletakkan Islam
pertama-tama sebagai sebuah “organisme” yang hidup; sebuah agama yang
berkembang sesuai dengan denyut nadi perkembangan manusia. Islam bukan sebuah
monument mati yang dipahat pada abad ke-7 Masehi, lalu dianggap sebagai “patung”
indah yang tak boleh disentuh tangan sejarah.
Saya melihat, kecenderungan untuk
“me-monumen-kan” Islam amat menonjol saat ini. Sudah saatnya suara lantang
dikemukakan untuk manandingi kecenderungan ini.
Saya mengemukakan sejumlah pokok
pikiran di bawah ini sebagai usaha sederhana menyegarkan kembali pemikiran
Islam yang saya pandang cenderung membeku, menjadi “paket” yang sulit didebat
dan dipersoalkan: paket Tuhan yang disuguhkan kepada kita semua dengan pesan
sederhana, take it or leave it!Islam yang disuguhkan dengan cara
demikian, amat berbahaya bagi kemajuan Islam itu sendiri.