Benny Susetyo
Cetak |
429 dibaca
2 komentar
Usia republik yang tak terasa
sudah 70 tahun seharusnya menjadikannya cukup dewasa dalam mengarungi
samudrakehidupan berbangsa dan bernegara.
Memang benar kita berhasil melewati badai topan dengan kekuatan
Pancasila—rumusan para pendiri negara yang terbukti melampaui
zamannya—dan menjadi perekat keutuhan bangsa. Namun, pada usia yang
seharusnya sudah membawa kita semakin aktual sebagai bangsa, justru
muncul kecenderungan pragmatisme politik seperti ungkapan do ut des.Do ut des mengandung pengertian bahwa kita memberikan sesuatu kepada orang lain karena mengharapkan orang lain pun memberikan sesuatu untuk kita. Dengan kata lain, kita memberikan sesuatu kepada orang lain karena mengharapkan imbalan tertentu. Motif yang terkenal dengan ungkapan ”ada udang di balik batu”.
Do ut des tidak saja terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi juga merasuki kehidupan perpolitikan negeri ini. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa praktik perpolitikan negeri ini sudah keluar dari hakikat politik itu sendiri, yakni mengurus segala sesuatu untuk kepentingan banyak orang. Politik yang hakiki adalah memperjuangkan kebaikan umum. Sayang, politik kita menjadi medan do ut des.
Wajah gelap