Saturday, April 11, 2015

Mencapai Pensiun Mapan


Joice Tauris Santi Menjadi tua merupakan keniscayaan. Tidak ada yang dapat melawan kodrat ini. Menjadi tua juga berarti masa-masa produktif kita sebagai karyawan sudah berkurang, bahkan berakhir. Masa produktif tersebut digantikan oleh masa pensiun.
Banyak orang menyadari bahwa masa pensiun itu suatu saat akan tiba. Namun, hanya sedikit yang menyadari bahwa masa pensiun itu juga harus dipersiapkan. Banyak yang bermimpi untuk memasuki masa pensiun dengan senang hati, mapan, berjalan-jalan ke tempat wisata, tetapi lupa tidak mempersiapkan masa-masa tersebut.

Sebagian pekerja, baik pekerja swasta maupun pemerintah, merasa cukup mengandalkan dana pensiun yang sudah disiapkan perusahaan atau pemerintah. Banyak juga yang tidak mengetahui berapa tunjangan pensiun yang akan diterima karena tidak mendapatkan informasi mengenai program pensiun di perusahaan atau lembaganya. Yang tinggal hanya keterkejutan melihat jumlah dana pensiun bulanan yang sangat sedikit sehingga tidak mampu menjaga gaya hidup sebelum pensiun.
Perlu diingat juga bahwa tunjangan-tunjangan yang terkait dengan pekerjaan akan hilang ketika kita memasuki masa pensiun. Perhitungan pensiun yang diterima tidak termasuk dengan perhitungan segala macam tunjangan yang membuat penghasilan kita pada masa aktif menjadi besar.
Pengeluaran pada masa pensiun memang lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran pada masa aktif. Misalnya saja, ketika pensiun, kita tidak memerlukan biaya transportasi ke kantor, biaya makan siang karena makan siang di rumah saja, serta biaya lain yang terkait dengan pekerjaan. Di sisi lain, ada pengeluaran yang bertambah, seperti biaya kesehatan karena biasanya semakin tua kita semakin sering dihampiri penyakit.
Mengelola masalah inflasi
Laju inflasi dapat menjadi momok para pensiunan. Maklumlah, pendapatan semakin berkurang, sementara biaya-biaya, seperti biaya tes laboratorium dan biaya dokter, semakin meningkat dari tahun ke tahun. Daya beli pun menurun.
Nah, masalah berkurangnya pendapatan dan ancaman inflasi ini dapat dikelola dengan mempersiapkan dana pensiun dengan baik. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mencari seberapa besar kebutuhan kita ketika pensiun kelak.
Cara pertama adalah mencari persentase penghasilan saat ini. Jadi, misalnya saat ini kita memiliki penghasilan Rp 10 juta dan ketika pensiun nanti kita ingin mempunyai penghasilan sebesar 80 persen dari gaji terakhir, dapat dihitung berapa pendapatan kita pada masa pensiun kelak.
Secara garis besar, patokan persentase pendapatan pada masa pensiun dapat dilihat seperti ini. Jika kita memiliki harapan gaya hidup yang biasa-biasa saja, sedikit di bawah gaya hidup yang sekarang ini dan tidak memiliki kebutuhan besar, seperti berlibur panjang ke luar negeri atau memulai bisnis besar, patokan 75-80 persen dapat digunakan. Maksudnya, jika penghasilan kita Rp 10 juta, penghasilan Rp 7,5 juta-Rp 8 juta per bulan pada masa pensiun sudah dapat menopang gaya hidup kita yang sederhana.
Nah, jika ingin pensiun dengan gaya hidup yang sama dengan saat ini, kebutuhan dana pensiun bulanan yang diperlukan mencapai 90-100 persen dari penghasilan saat ini. Jadi, kalau penghasilan Rp 10 juta, pada masa pensiun kita perlu penghasilan setidaknya Rp 9 juta untuk mendapatkan gaya hidup yang sama dengan ketika belum pensiun.
Bagaimana kalau ingin pensiun dengan lebih nikmat, seperti pelesiran ke luar negeri atau kembali kuliah? Maka, pendapatan yang diperlukan 120-125 persen dari pendapatan saat ini. Jadi, misalnya berpendapatan Rp 10 juta, kita harus mempersiapkan dana pensiun kita untuk memberikan pendapatan minimal Rp 12 juta.
Apakah hal itu mungkin dilakukan? Tentu saja mungkin. Dengan mempersiapkan dana pensiun lebih dini dan terarah, pensiun mewah bukan hanya kembang tidur. http://print.kompas.com/baca/2015/04/11/Mencapai-Pensiun-Mapan

No comments:

Post a Comment