Pemimpin Bernalar Kewarganegaraan
FAJAR KURNIANTO
Cetak |
553 dibaca
0 komentar
Sistem demokrasi tak selalu menghasilkan pemimpin yang demokratis. Biarpun pemilu berjalan demokratis, rakyat berduyun-duyun datang ke tempat-tempat pemungutan suara, kemudian dari situ lahir seorang pemimpin, hal ini tak menjamin pemimpin terpilih adalah seorang ”demokrat” sejati.
Kadang, sebelum proses pemilihan secara demokratis, sang calon pemimpin berkampanye berjanji akan menegakkan konstitusi, akan menjadi pemimpin yang menjamin kebebasan berekspresi atau berkegiatan di ruang publik. Nyatanya, janji tak selalu ditepati.
Betul bahwa demokrasi hanya sarana, bukan tujuan. Namun, justru di sinilah kadang persoalan besar terjadi. Sistem demokrasi diharapkan mampu menciptakan sosok pemimpin yang demokratis, yakni pemimpin yang tak hanya mendemokratiskan warga masyarakat yang dipimpinnya, tetapi yang lebih penting juga adalah mendemokratiskan dirinya sendiri.
Bagaimana bisa tujuan demokrasi, yakni terciptanya masyarakat yang sejahtera, aman, nyaman, tanpa tekanan atau gangguan akan terwujud jika pemimpinnya tidak demokratis? Bagaimana akan sampai ke tujuan jika sarananya bermasalah?