kompas Cetak |
Berita perombakan kabinet mulai
berembus. Walau belum ada kabar pasti, tetapi dalam susunan kabinet
presidensial di negara kita, berita semacam itu merupakan isu politik
yang digemari.
Beberapa tahun lalu isu perombakan kabinet selalu banyak diembuskan
dari partai politik, baik yang mendukung kabinet apalagi yang ada di
luar kabinet. Bagi partai pendukung, mereka merasa jatahnya di kabinet
kurang, maka ada kesempatan untuk menambah jatah menteri. Bagi partai di
luar kabinet, mereka senang karena siapa tahu diajak mendukung kabinet.
Apalagi di dalam kabinet presidensial tak dikenal kelompok oposisi,
tetapi disebut kelompok penyeimbang.
Kali ini di kabinet Presiden Joko Widodo isu perombakan kabinet
tampaknya tak hanya kegemaran partai-partai politik, tetapi juga mulai
menarik perhatian masyarakat pada umumnya. Di dalam sistem pemerintahan
yang demokratis dimungkinkan perhatian rakyat yang tidak puas terhadap
kinerja parpol dan berada di luar parpol menyuarakan kepentingannya
sendiri. Rakyat mulai ikut menyuarakan perlunya upaya melakukan
perombakan kabinet.
Rakyat menilai kabinet Jokowi ini menunjukkan kinerja yang tidak
efektif. Enam bulan berjalan belum ada upaya yang bisa dirasakan
dampaknya terhadap perbaikan kehidupan rakyat. Para menteri banyak
memberikan komentar yang saling tak sepadan. Komunikasi kerja di antara
mereka tidak harmonis dan tidak saling sinergi. Satu menteri tiba-tiba
menyatakan Indonesia masih mempunyai utang di Dana Moneter
Internasional, menteri yang merasa mempunyai kompetensi mengetahuinya
menyatakan tidak lagi mempunyai utang. Ada pula menteri yang membuat
peraturan memberikan anggaran bagi para menteri masing-masing untuk
fasilitas dua mobil baru, menteri yang lain memberi penjelasan tidak
untuk membeli mobil baru. Lalu rakyat bertanya untuk apa membuat
peraturan kebijakan kalau tidak untuk membeli?
Kinerja menteri-menteri perekonomian juga tak menunjukkan kemajuan,
bahkan memperlihatkan kinerja perekonomian yang lambat. Harga bahan
pokok, terutama beras, melambung tinggi sementara musim panen mulai
bersemi. Diperparah lagi mata uang rupiah merosot terhadap dollar AS dan
penganggguran menumpuk parah.
Oleh karena itu, desakan perombakan kabinet perlu disadari oleh Jokowi
bahwa ini bukan semata-mata masalahpolitik. Akan tetapi, rakyat
menginginkan terselenggaranya suatu pemerintahan yang baik, akuntabel,
dan bisa menyejahterakan kehidupan rakyat. Bahwa, banyak di antara
rakyat kita yang masih hidup miskin, bahkan ada anak- anak disuruh
meninggalkan sekolah oleh orangtuanya dan diminta menjadi pengemis
karena kemiskinan.
Kepentingan rakyat
Upaya untuk mengatur kepentingan rakyat dalam wujud pemerintahan yang
baik itu makin hari semakin mengalami perubahan wujud dan bentuknya.
Dahulu ketika manusia ini masih sedikit, sulit kita temukan pemerintahan
itu.
Pembagian fungsi antara penguasa dan yang dikuasai hanya terjadi di
dalam keluarga. Kelompok organisasi yang lebih besar dari famili terjadi
pada suku dan atau desa yang memiki hubungan agak longgar di antara
famili-famili tersebut. Dalam kelompok besar ini, baik di suku maupun di
desa, setiap orang yang lebih dewasa dalamkeluarga mempunyai suara yang
sama. Dari masyarakat yang agak luas ini memerlukan suatu pengaturan
terhadap kebutuhan-kebutuhan bersama, maka diperlukan tatanan dan aturan
agar kebutuhan bersama itu terpenuhi.
Di sinilah awal mula timbulnya pemerintahan karena kebutuhan dari
anggota masyarakat untuk mengatur danmenata atau mengurus agar kebutuhan
bersama itu tercapai. Pemerintahan dibutuhkan karena adanya kepentingan
dan kebutuhan bersama. Ia dibutuhkan karena diharapkan bisa mengatur
kehidupan bersama. Maka, kemudian timbul kebutuhan akan suatu sistem
pengaturan yang mengikat (The New Encyclopaedia Britannica, 1995, Vol 20).
Dari ungkapan ini dapat dipahami, adanya suatu pemerintahan pada
awalnya dari bawah, yakni dari kebutuhan bersama dari rakyat yang ada
dalam suatu wilayah tertentu. Jadi, suatu pemerintahan ada bukan karena
hasratatau kebutuhan dari penguasa atau elite atau segolongan kecil
orang yang memimpin. Bung Hatta dulu mengatakan bukan oleh dan untuk
”tuanku”melainkan untuk rakyat. Dari awal mulanya inilah di kemudian
hari timbul istilah pemerintahan yang demokratis, yakni suatu
pemerintahan yang dijalankan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Susunan kabinet
Dengan demikian, kata kunci dari suatu kabinet sebagai wujud
daripemerintahan dan tata kepemerintahan yang baik harus dikembalikan
kepada kepentingan seluruhrakyat. Syukur kalau parpol yang sangat
berperan dalam pemerintahan yang demokratis dan yang mendorong
terjadinya perombakan itu karena didorong pula atas pemahaman
kepentingan rakyat yang diwakilinya, bukan semata-mata memahami
kepentingan elite atau orang-orang yang memimpin partainya.
Sususnan kabinet kita mulai dari kabinet Susilo Bambang Yudhoyono
selama 10 tahun memerintah, dan kabinet Jokowi yang baru enam bulan
berjalan, termasuk kabinet yang besar. Jumlah kementeriannya lebih dari
30. Belum lagi ditambah organisasi unit-unit kerja baru yang sering
menunjukkan doblurus.
Jumlah organisasi yang besar selain menyulitkan kinerja kontrol dan
koordinasi juga butuh anggaran yang tak sedikit dan kinerjanya lambat.
Kabinet kita kalau dibanding negara-negara ASEAN termasuk yang terbesar.
Malaysia, Brunei, dan Singapura kurang dari 20 kementerian. Jepang dan
Korea kurang lebih 13 kementerian. Amerika Serikat yang besar dan
demokratis itu hanya 15 kementerian. Dahulunya AS hanya punya 13
kementerian. Presiden Bush senior menambah satu Departemen Veteran dan
Presiden Bush yunior —setelah Peristiwa 11 September—menambah satu
kementerian baru yang disebut Department of Homeland Security.
Jumlah kementerian yang besar itu dalam pemerintahan kita, kalau
diamatisecara saksama karena didorong pemenuhan kepentingan partai
politik, bukan semata-mata pemenuhan kepentingan rakyatyang masih banyak
menderita kemiskinan. Sesuai uraian di muka bahwa suatu pemerintahan
yang baik itu selalu memperhatikan kepentingan seluruh rakyat, maka
kesempatan perombakan kabinet kali ini yang diperbaiki atau diganti itu
bukan saja menteri-menteri yang kinerjanya kurang baik, tetapi hendaknya
juga memperbaiki susunan organisasi kabinetnya: dirampingkan! Dengan
demikian, perombakan kabinet tidak sekadar mengganti orang-orang atau
para menteri, tetapi juga memperbaiki tata kepemerintahan yang baik,
yang memenuhi kepentingan dan kesejahteran kehidupan rakyat. Perombakan
kabinet mestinya sekaligus melakukan reformasi susunan organisasi
birokrasi pemerintahan.
Miftah Thoha, Guru Besar UGM dan Anggota Dewan Pakar Masyarakat Ilmu PemerintahanIndonesia (MIPI)
http://print.kompas.com/baca/2015/05/26/Reformasi-Kabinet
No comments:
Post a Comment