CATATAN MINGGU
BRE REDANA
Kompas cetak| 28
Desember 2015
Belakangan ini, seiring
berlayarnya waktu, kami wartawan media cetak, seperti penumpang kapal yang kian
dekat menuju akhir hayat. Terakhir, di penghujung tahun, Ignatius Haryanto,
pengamat pers yang luas referensinya, salah satu anggota Forum Ombudsman surat
kabar kami, memberikan notifikasi dengan judul Senjakala Suratkabar di
Indonesia?. Pertanyaan lebih lanjut ia ajukan: apakah ini akhir dari
peradaban surat kabar cetak saat ini?
Harus diakui, media cetak, koran, majalah,
buku, kebiasaan membaca yang mendasari tradisi dan terbentuknya sivilisasi
manusia sampai penghujung milenium kedua, sebagian kini tinggal kenangan
belaka. Termasuk jurnalisme.
Di mana pun di dunia,
jurnalisme berangkat dari semangat coba-coba, didasari kebutuhan untuk
mengembangkan fondasi kultural bagi perkembangan masyarakat. Semangat tersebut
menyemaikan atmosfer kerja yang setengahnya beraura misi suci, menegakkan
kebenaran, mengembangkancompassion, mengeksplorasi truth alias
kasunyatan. Para pelakunya adalah figur-figur otodidak, yang pada
perkembangannya sebagian memiliki kewibawaan intelektual melebihi doktor.
Inilah era baru dunia media masa, dengan
sifat bergegas, serba cepat, tergopoh-gopoh. Mereka berilusi menampilkan
informasi yang pertama, yang tercepat, sekaligus lupa, bahwa yang pertama belum
tentu yang terbaik.
Seorang teman yang
berkecimpung sejak lama di dunia public relationsmenuturkan, enak
menghadapi wartawan sekarang. Tinggal sediakan press release.
Mereka melakukan copy paste dari press release tadi
apa adanya. Tidak perlu pusing menjawab pertanyaan, karena mereka tidak
bertanya. Dalam press tour ke luar negeri untuk peliputan
masalah tertentu, pertanyaan hanyalah kapan free time atau
waktu senggang. Mereka ingin jalan-jalan, belanja.
Dalam konstelasi baru
media, koran disebut ”media konvensional”. Boleh jadi sekonvensional
wartawannya, yang memegang notes, bolpen, mencatat yang diomongkan sumber
berita. Wartawan media mutakhir tidak mencatat. Mereka khusyuk dengan gadget.
Barangkali merekam, mencatat, atau bisa saja tengah berhubungan entah dengan
siapa. Istilahnya: multitask. Sambil mendengarkan yang di
sini, berhubungan dengan teman yang di sana, pacar, saudara, dan lain-lain.
Tahun segera berganti. Inikah senjakala
surat kabar? Sekadar mengingatkan para juragan: di balik cakrawala senja,
nilai-nilai di atas tetap diperlukan manusia.
Versi cetak artikel
ini terbit di harian Kompas edisi 27 Desember 2015, di halaman 13 dengan judul
"Inikah Senjakala Kami...".
No comments:
Post a Comment