AGUSTINE DWIPUTRI
0 komentar
Konon dikatakan bahwa orang yang paling bahagia cenderung memiliki banyak teman, dapat membangun hubungan yang saling mendukung, mengasihi, dan berjangka panjang. Bagaimana cara kita dapat memperoleh kondisi tersebut?
Menurut Timothy J Sharp (2008), menjalin hubungan semacam itu bukan semata-mata terhadap orang lain saja, tetapi perlu dimulai dari diri sendiri. Memahami kebutuhan diri sendiri dan gaya komunikasi kita adalah sama pentingnya dengan belajar untuk menyampaikan perhatian dan emosi, serta membangun kepercayaan dalam hubungannya dengan mereka.
Di dalam buku 100 Ways to Happiness, a Guide for Busy People, Sharp menguraikan berbagai cara untuk memperoleh relasi antar manusia secara lebih baik. Berikut beberapa di antaranya:
Bersikap mendukung
Hubungan positif yang berkualitas didasarkan pada adanya saling ketergantungan antara kedua pihak. Meskipun kemandirian merupakan suatu sifat yang mengagumkan, bisa membuat Anda terasingkan. Sementara dengan sikap saling mendukung satu sama lain, justru akan benar-benar memperkuat ikatan hubungan.
Kita semua paham akan adanya orang yang hanya mau berteman bila kita sedang dalam kondisi baik, tetapi akan menjauh ketika kita berada dalam kesulitan. Hendaknya kita tidak seperti itu. Apabila Anda dapat mendukung orang lain ketika dia membutuhkan, nilai Anda sebagai seorang teman akan menjulang tinggi. Ketika Anda mendengar ada teman yang membutuhkan pertolongan, coba pikirkan bagaimana cara terbaik untuk membantunya. Tentukan berapa banyak waktu yang dapat Anda luangkan, dan sesuaikan kemampuan Anda dengan kebutuhan mereka.
Tak jadi masalah jika Anda melakukan sesuatu yang sederhana bagi mereka, seperti memasakkan makanan untuk teman yang tengah sakit, menawarkan untuk menjaga anak kecil mereka, mengantar buah tangan kesukaan tetangga agar dia merasa diperhatikan oleh Anda, dan sebagainya.
Teman tanpa syarat
Orang-orang yang memiliki hubungan interpersonal yang positif, cenderung lebih sering berpikir yang terbaik mengenai seseorang. Sampai Anda memiliki bukti yang sebaliknya, cobalah untuk beranggapan yang terbaik mengenai diri orang lain. Hal ini akan berdampak jauh lebih baik meskipun pada suatu waktu mungkin terbukti bahwa orang lain tersebut sebenarnya telah mengambil keuntungan dari posisi Anda atau telah menjelek-jelekkan pribadi Anda di belakang. Bila demikian halnya, orang lain tersebutlah yang akan merugi karena kehilangan kepercayaan dari Anda yang selama ini telah berpikiran positif mengenai dia.
Bila kemudian berkembang kecurigaan atau pikiran negatif terhadap sang teman, tantanglah pikiran tersebut dan bangun pemikiran yang berlawanan. Cobalah untuk tetap menjalin interaksi Anda dengan menerima semua orang sebagai teman secara positif tanpa syarat dan tanamkan hal ini pada semua hubungan sosial Anda. Cobalah untuk menerima kondisi orang yang berhubungan dengan Anda apa adanya, menjalin pertemanan dengan siapapun, bukan hanya dengan orang yang Anda pikir akan menguntungkan saja. Meski demikian, Anda akan mengalami lebih banyak hal positif dalam relasi yang dijalani.
Mengompensasi
Marcial Losada adalah seorang ahli matematika sekaligus psikolog terkenal karena penelitiannya mengenai hubungan interpersonal menghasilkan Losada Ratio. Losada Ratio adalah proporsi positif untuk komentar negatif yang dibuat dalam suatu interaksi tertentu.
Losada merancang rasio minimum yang baik untuk komentar buruk dalam membina suatu hubungan yang baik, tergantung pada jenis interaksinya. Disebutkan perlunya perbandingan 5:1 dalam hubungan pribadi yang intim (misalnya antara suami dan istri) dan 3:1 dalam hubungan kerja. Artinya, untuk setiap komentar negatif atau kritik yang Anda berikan pada pasangan hidup, kekasih atau anak, Anda harus membuat minimal 5 komentar positif dan mendukung (atau 3 jika di tempat kerja), jika Anda ingin hubungan tetap berkembang serta untuk meningkatkan kebahagiaan Anda maupun kebahagiaan orang lain. Dengan menerapkan rumus sederhana yang telah teruji ini, kita dapat secara lebih mudah meningkatkan keterampilan dalam menjalin hubungan antarmanusia.
Merefleksikan kritik
Kadangkala kita dapat menemukan kekuatan kita melalui kelemahan atau kesalahan yang kita alami. Apakah dalam hidup Anda ada sesuatu hal yang sering dikatakan orang lain di sekitar agar Anda tingkatkan, kurangi atau perbaiki? Jika demikian, apakah Anda pernah mencoba dan berjuang untuk mengubahnya? Atau Anda hanya menyalahkan kritik dari mereka karena Anda merasa hal itu mustahil untuk dilakukan?
Untuk mengupayakan relasi interpersonal yang lebih baik, diperlukan pendekatan yang berbeda dalam menanggapi kritik tersebut, dengan menemukan esensi pemikiran mereka. Tidak perlu merasa sakit hati dengan kritik yang disampaikan atau kemudian menjauh dari mereka. Sebaliknya, cobalah untuk menanyakan lebih lanjut apa yang rekan atau orang lain maksud dengan kritik terhadap Anda tersebut. Apa dampaknya terhadap mereka maupun hubungannya dengan Anda? Mungkin Anda dapat menemukan penyaluran yang konstruktif atas kelemahan yang disampaikan orang tentang diri Anda.
Pada kenyataannya mungkin hal tersebut merupakan kekuatan yang kurang dimanfaatkan, sehingga bila itu diperoleh hampir pasti Anda justru akan mengalami kesuksesan dan kebahagiaan di semua bidang kehidupan Anda. Anda perlu berterima kasih terhadap orang yang memberi kritik tersebut. Jika Anda hanya punya sedikit teman, peluang kritik yang datang pun akan lebih sedikit, bukan?
Sebagai contoh, jika Anda sering dikritik untuk harus tetap fokus pada satu tugas, mungkin salah satu kekuatan Anda adalah kreativitas. Jika Anda dikritik terlalu keras kepala, mungkin salah satu kekuatan Anda adalah daya tahan yang tinggi.
Selamat berbahagia dengan lebih banyak teman.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Agustus 2016, di halaman 25 dengan judul "Bahagia dengan Menjalin Relasi Sosial".
No comments:
Post a Comment