Friday, October 30, 2015

Sumpah Pemuda dan Zeitgeist

KORAN JAKARTA, RABU 28 OKTOBER 2015
OLEH  HEMAT DWI NURYANTO 
Tema Hari Sumpah Pemuda ke-87 Tahun 2015 adalah Revolusi Mental untuk Kebangkitan Pemuda Menuju Aksi "Satu untuk Bumi." Ini  relevan dengan kondisi sekarang  yang menuntut segenap pemuda berevolusi mental untuk menghadapi persaingan global.
Sumpah Pemuda menjadi inisiatif luar biasa  Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI)  87 tahun lalu yang  menjadikannya  tonggak kokoh persatuan Indonesia. Aktualisasi semangat Sumpah Pemuda kini menjadi penting, lantaran bangsa  membutuhkan inisiatif besar untuk menghadapi globalisasi. Persaingan ideologi telah berganti menjadi kompetisi inovasi antarbangsa.

 Apalagi planet bumi kondisinya semakin crowded sehingga perlu inisiatif untuk  melahirkan berbagai solusi cerdas. Melihat kondisi global seperti itu, “Indonesian Incorporated” sekarang  membutuhkan tokoh-tokoh zeitgeist,  yang benar-benar mampu mengendalikan semangat zaman dengan  berbagai inovasi. Tokoh-tokoh itu harus mampu menciptakan economic value sebesar-besarnya bagi negeri  kaya  sumber daya ini.


Istilah zeitgeist (Jerman)  berarti jiwa dari suatu waktu (time spirit) yang juga  sering dijumpai dalam ucapan dan tulisan para perintis  Republik Indonesia. Dalam konteks globalisasi gelombang ketiga sekarang  makna zeitgeist mencuat kembali. Sampai-sampai Google memberi makna tersendiri sebagai “the general intellectual, moral, and cultural climate of an era” (intelektual, moral dan kultur umum pada suatu era). Lebih dari itu Google juga menjadikan zeitgeist sebagai perangkat menyimpulkan istilah populer dalam pencarian. 

Tata ekonomi dunia kini diwarnai  digitalpreneur,  kewirausahaan dengan memanfaatkan teknologi digital. Dalam konteks ini  Indonesia membutuhkan platform besar “For Brighter Digitalpreneur” untuk mencetak digital inventor yang lebih banyak lagi. 

Sejarah menunjukkan bahwa kaum belia lebih trengginas mengendalikan semangat zaman dan berani membuat perubahan mendasar. Orang tua  sering menyatakan,  anak muda itu kaduk wani kurang deduga (kelewat berani, tapi kadang-kadang kurang perhitungan). Itulah kekuatan dan keajaibannya sekaligus kelemahan kaum muda. Sejarah kebangsaan  telah menyajikan kehebatan para politikus belia. Banyak di antaranya malah mencapai puncak karier politik dalam usia yang masih sangat muda.

Tidak Biasa 
Indonesia membutuhkan terobosan langkah dan kebijakan yang tidak biasa. Penting menganalogikan dan membarui konsep Indonesia Incorporated  sesuai  semangat zaman  yang mengandalkan ekonomi kreatif.  Salah satu upaya konkret  menggelorakan optimisme Indonesia dengan  membangkitkan sel-sel kreatif terkecil di desa atau kampung. 

Pakar proses kreativitas Daniel L Pink menyatakan, bila ingin maju harus melengkapi kemampuan teknologi (high-tech) dengan hasrat mencapai tingkat “high concept” dan “high touch.” High concept adalah kemampuan menciptakan keindahan artistik, emosional, mengenali pola-pola dan  peluang. Dia juga menciptakan narasi indah dan menghasilkan temuan-temuan. High touch sebagai empati, memahami esensi interaksi manusia, dan menemukan makna. Dalam konteks ini, diperlukan inovasi teknologi sebagai  aspek high-tech yang akan mendorong high concept bagi kluster ekonomi kreatif. 

 Jika mencermati semangat zaman, dalam dekade terakhir ada kerisauan luar biasa negara-negara yang lebih dulu maju berkat industrialisasi liberal dan kapitalistik. Contoh ini tergambar dalam sebuah laporan Harvard Business Review (HBR) berjudul How GE Is Disrupting Itself.Laporan HBR selama ini paling banyak menjadi referensi dunia, pada prinsipnya mencerminkan kerisauan perusahaan multinasional dan otomatis juga penguasa negara maju.
Mereka risau karena sistem inovasi dan produksi negara emerging seperti India atau Tiongkok telah menyusul dan menemukan lompatan dramatis untuk melampaui negara maju. Ada  asumsi salah yang hingga kini menikam perusahaan multinasional dan penguasa negara kapitalis. Kondisi ekonomi negara emerging akan berevolusi seperti negara maju, namun tidak mengikuti pola dan jalur sama. Bahkan mereka mampu melompat melampaui negara maju karena giat mengadopsi inovasi terobosan. 

Asumsi lain, produk yang dikembangkan negara emerging akan sulit dijual di negara maju karena tidak kompetitif. Kenyataannya justru produk-produk itu berhasil menciptakan pangsa pasar baru di negara maju. Bahkan, secara dramatis mampu mengurangi tingkat harga dan menjadi pionir aplikasi baru.  

Paradigma dalam laporan HBR tadi seharusnya menyemangati bangsa Indonesia membuat lompatan-lompatan dramatis. Salah satu aspek penting agar bisa melompat dengan mencetak digitalpreneur alias para wiraswasta bidang digital. Mereka  akan melahirkan berbagai inovasi yang bisa menjadi leverage daya saing bangsa. 

Posisi digitalpreneur dalam persaingan global sangat penting. Sayang, baru sedikit perusahaan negeri ini yang menyadarinya. Salah satu perusahaan yang memiliki program relevan adalah PT Telkom melalui “Indigo Fellowship. Ini setiap tahun membutuhkan anggaran 15 miliar rupiah dari Corporate Social Responsibility (CSR). 

Ini jauh dibanding langkah General Electric  yang tahun 2013 mendanai 5 miliar dolar AS untuk program Global Reserve Innovationuntuk  menciptakan ratusan peralatan kesehatan murah, akses  lebih luas, dan peningkatan kualitas. Salah satu inovasi alat kesehatan tersebut  USG portable berbasis komputer pribadi berharga sekitar 15 ribu dolar AS. Produk inovatif tersebut sangat luar biasa, bukan hanya karena ukurannya  kecil dan murah, namun  dikembangkan untuk sasaran masyarakat India, Tiongkok, dan Indonesia.

Kini perusahaan multinasional  negara-negara maju sedang bekerja keras  melakukan “invers process.” Ini proses kebalikan sebagai  koreksi  program atau model glokalisasi (glocalization ). Proses kebalikan itu disebut “global reverse innovation.” 

Strategi inovatif itu berpacu dengan negara-negara emerging, sebelum  mengembangkan produk serupa dan bisa “mengganggu” negara-negara maju. Sebagai catatan, model glokalisasi merupakan pendekatan  perusahaan multinasional dengan cara mengembangkan produk inovatif di negara. Produknya didistribusikan ke seluruh dunia dengan adaptasi dan modifikasi lokal.

Semangat Sumpah Pemuda saat ini harus diimplementasikan sesuai dengan tantangan zaman untuk mencetak tokoh-tokoh muda zeitgeist sebanyak-banyaknya. Mereka diharapkan mampu melahirkan inisiatif besar guna  membantu perjalanan bangsa menuju negeri harapan.

Penulis Pengurus Ikatan Alumnus Program Beasiswa BJ Habibie 

No comments:

Post a Comment