Tema
Hari Sumpah Pemuda ke-87 Tahun 2015 adalah Revolusi Mental untuk
Kebangkitan Pemuda Menuju Aksi "Satu untuk Bumi." Ini relevan dengan
kondisi sekarang yang menuntut segenap pemuda berevolusi mental untuk
menghadapi persaingan global.
Sumpah
Pemuda menjadi inisiatif luar biasa Perhimpunan Pelajar-pelajar
Indonesia (PPPI) 87 tahun lalu yang menjadikannya tonggak kokoh
persatuan Indonesia. Aktualisasi semangat Sumpah Pemuda kini menjadi
penting, lantaran bangsa membutuhkan inisiatif besar untuk menghadapi
globalisasi. Persaingan ideologi telah berganti menjadi kompetisi
inovasi antarbangsa.
Apalagi planet bumi kondisinya semakin crowded
sehingga perlu inisiatif untuk melahirkan berbagai solusi cerdas.
Melihat kondisi global seperti itu, “Indonesian Incorporated” sekarang
membutuhkan tokoh-tokoh zeitgeist, yang benar-benar mampu mengendalikan semangat zaman dengan berbagai inovasi. Tokoh-tokoh itu harus mampu menciptakan economic value sebesar-besarnya bagi negeri kaya sumber daya ini.
Istilah zeitgeist (Jerman) berarti jiwa dari suatu waktu (time spirit)
yang juga sering dijumpai dalam ucapan dan tulisan para perintis
Republik Indonesia. Dalam konteks globalisasi gelombang ketiga sekarang
makna zeitgeist mencuat kembali. Sampai-sampai Google
memberi makna tersendiri sebagai “the general intellectual, moral, and
cultural climate of an era” (intelektual, moral dan kultur umum pada
suatu era). Lebih dari itu Google juga menjadikan zeitgeist sebagai perangkat menyimpulkan istilah populer dalam pencarian.
Tata ekonomi dunia kini diwarnai digitalpreneur, kewirausahaan dengan memanfaatkan teknologi digital. Dalam konteks ini Indonesia membutuhkan platform besar “For Brighter Digitalpreneur” untuk mencetak digital inventor yang lebih banyak lagi.
Sejarah
menunjukkan bahwa kaum belia lebih trengginas mengendalikan semangat
zaman dan berani membuat perubahan mendasar. Orang tua sering
menyatakan, anak muda itu kaduk wani kurang deduga (kelewat berani,
tapi kadang-kadang kurang perhitungan). Itulah kekuatan dan keajaibannya
sekaligus kelemahan kaum muda. Sejarah kebangsaan telah menyajikan
kehebatan para politikus belia. Banyak di antaranya malah mencapai
puncak karier politik dalam usia yang masih sangat muda.
Tidak Biasa
Indonesia
membutuhkan terobosan langkah dan kebijakan yang tidak biasa. Penting
menganalogikan dan membarui konsep Indonesia Incorporated sesuai
semangat zaman yang mengandalkan ekonomi kreatif. Salah satu upaya
konkret menggelorakan optimisme Indonesia dengan membangkitkan sel-sel
kreatif terkecil di desa atau kampung.
Pakar
proses kreativitas Daniel L Pink menyatakan, bila ingin maju harus
melengkapi kemampuan teknologi (high-tech) dengan hasrat mencapai
tingkat “high concept” dan “high touch.” High concept adalah kemampuan
menciptakan keindahan artistik, emosional, mengenali pola-pola dan
peluang. Dia juga menciptakan narasi indah dan menghasilkan
temuan-temuan. High touch sebagai empati, memahami esensi interaksi
manusia, dan menemukan makna. Dalam konteks ini, diperlukan inovasi
teknologi sebagai aspek high-tech yang akan mendorong high concept bagi kluster ekonomi kreatif.
Jika
mencermati semangat zaman, dalam dekade terakhir ada kerisauan luar
biasa negara-negara yang lebih dulu maju berkat industrialisasi liberal
dan kapitalistik. Contoh ini tergambar dalam sebuah laporan Harvard
Business Review (HBR) berjudul “How GE Is Disrupting Itself.” Laporan
HBR selama ini paling banyak menjadi referensi dunia, pada prinsipnya
mencerminkan kerisauan perusahaan multinasional dan otomatis juga
penguasa negara maju.
Mereka risau karena sistem inovasi dan produksi negara emerging seperti India atau Tiongkok telah menyusul dan menemukan lompatan dramatis untuk melampaui negara maju. Ada asumsi salah yang hingga kini menikam perusahaan multinasional dan penguasa negara kapitalis. Kondisi ekonomi negara emerging akan berevolusi seperti negara maju, namun tidak mengikuti pola dan jalur sama. Bahkan mereka mampu melompat melampaui negara maju karena giat mengadopsi inovasi terobosan.
Asumsi lain, produk yang dikembangkan negara emerging akan sulit dijual di negara maju karena tidak kompetitif. Kenyataannya
justru produk-produk itu berhasil menciptakan pangsa pasar baru di
negara maju. Bahkan, secara dramatis mampu mengurangi tingkat harga dan
menjadi pionir aplikasi baru.
Paradigma dalam laporan HBR tadi seharusnya menyemangati bangsa Indonesia membuat lompatan-lompatan dramatis. Salah satu aspek penting agar bisa melompat dengan mencetak digitalpreneur alias para wiraswasta bidang digital. Mereka akan melahirkan berbagai inovasi yang bisa menjadi leverage daya saing bangsa.
Posisi digitalpreneur dalam persaingan global sangat penting. Sayang, baru sedikit perusahaan negeri ini yang menyadarinya. Salah satu perusahaan yang memiliki program relevan adalah PT Telkom melalui “Indigo Fellowship.” Ini setiap tahun membutuhkan anggaran 15 miliar rupiah dari Corporate Social Responsibility (CSR).
Ini
jauh dibanding langkah General Electric yang tahun 2013 mendanai 5
miliar dolar AS untuk program Global Reserve Innovationuntuk
menciptakan ratusan peralatan kesehatan murah, akses lebih luas, dan
peningkatan kualitas. Salah satu inovasi alat kesehatan tersebut USG
portable berbasis komputer pribadi berharga sekitar 15 ribu dolar AS.
Produk inovatif tersebut sangat luar biasa, bukan hanya karena ukurannya
kecil dan murah, namun dikembangkan untuk sasaran masyarakat India,
Tiongkok, dan Indonesia.
Kini
perusahaan multinasional negara-negara maju sedang bekerja keras
melakukan “invers process.” Ini proses kebalikan sebagai koreksi
program atau model glokalisasi (glocalization ). Proses kebalikan itu
disebut “global reverse innovation.”
Strategi
inovatif itu berpacu dengan negara-negara emerging, sebelum
mengembangkan produk serupa dan bisa “mengganggu” negara-negara maju.
Sebagai catatan, model glokalisasi merupakan pendekatan perusahaan
multinasional dengan cara mengembangkan produk inovatif di negara.
Produknya didistribusikan ke seluruh dunia dengan adaptasi dan
modifikasi lokal.
Semangat
Sumpah Pemuda saat ini harus diimplementasikan sesuai dengan tantangan
zaman untuk mencetak tokoh-tokoh muda zeitgeist sebanyak-banyaknya.
Mereka diharapkan mampu melahirkan inisiatif besar guna membantu
perjalanan bangsa menuju negeri harapan.
Penulis Pengurus Ikatan Alumnus Program Beasiswa BJ Habibie
|
No comments:
Post a Comment